Rabu, 08 Juli 2009

PANCASILA DILUPAKAN, PENDIDIKAN JADI KOMODITAS

Kebangsaan Indonesia dalam per­jalanannya mengalami proses yang san­gat panjang. Era Sukarno. Merupakan perjuangan untuk melahirkan rasa ke­bangsaan, paham kebangsaan dan se­mangat kebangsaan, yang kemudian menumbuhkan nasionalisme, patriotis­me, solidaritas dan kesetiakawanan so­sial untuk satu tujuan Negara Kesatu­an Republik Indonesia (NKRI).

Semangat kebangsaan diban­gun, ditumbuhkembangkan dan diikat dengan Penyatuan ideologi yaitu PAN­CASILA. Penyatuan pandangan ke­hidupan berbangsa dengan Bhineka Tunggal Ika, serta Penyatuan semangat perjuangan dengan makna Merah Putih pada bendera, serta Penyatuan ribuan kepulauan Indonesia dalam Wawasan Kebangsaan.

Ketika pertama kali Bung Karno menerima tugas sebagai mandataris MPRS ketika itu, maka inti pokok dari mandat yang diberikan kepada Sukar­no adalah membangun bangsa Indone­sia (Nation building) dengan mengede­pankan pembangunan jiwa/moral bangsa (Nation Character Building). Membangun skil memang diperlukan, tapi skil tanpa moral akan jadi kering, “ Bangsa ini membutuhkan manusia-manusia terdidik dan berkepribadian yang mampu menyelesaikan persoalan bangsa, yang jika diabaikan kondisinya akan makin akut “.

Membangun moral bangsa me­mang tidak mudah, dibutuhkan komit­men tinggi dari Seluruh komponen bangsa untuk bersatu padu dalam se­mangat perjuangan yang tak pernah henti. Karenanya, mengutip kata-kata Bung Karno, “ Kalau adakalanya kita merasa bingung, kalau adakalanya kita merasa sulit, kalau adakalanya kita merasa buntu, karena kita tahu per­juangan itu riak gelombangnya sangat besar, maka kembalilah kepada Pan­casila, yang kita yakini sebagai Panca Ajimat dan Panca Sakti.

Tanggal 1 Juni sebagai hari la­hirnya Pancasila sudah sering diperin­gati. Namun, seiring dengan bertam­bahnya umur negeri ini “Pancasila ses­ungguhnya semakin dilupakan atau di­abaikan “, sehingga kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, se­makin hari semakin kehilangan rohn­ya. Itulah sebabnya kenapa kita selalu tidak mampu dan kalah bersaing.

Sesuatu yang dipandang se­bagai hal yang fundamental sebagai pe­nentu kehidupan masa depan bangsa adalah Pendidikan. Sementara kebija­kan pendidikan nasional saat ini cenderung mengarah ke neo liberalisme yang menjadikan pendidikan sebagai komoditas. Akibatnya, pendidikan tid­ak lagi dijalankan dengan semangat un­tuk mencerdaskan seluruh kehidupan warga negara, terutama dalam pem­bangunan kepribadian moral.

Saat ini, sistem pendidikan yang ada di negeri ini lebih mengedepankan proses transformasi intelektual ketim­bang sistem transformasi moral untuk mampu bertanding dengan negara ma­ju. Tapi, bukankah bangsa ini membu­tuhkan manusia-manusia terdidik dan berkepribadian yang mampu menyele­saikan persoalan bangsa ? maka salah satunya jalan untuk itu adalah mengedepankan dan menghidupkan kembali roh perjuangan bangsa adalah Pancasi­la di tengah-tengah sistem pendidikan kita. Sehingga, dengan demikian dihar­apkan membawa pendidikan ke arah terciptanya harga diri bangsa, nasion­alisme yang tumbuh untuk melawan keterpurukan dan secara bersama-sa­ma melawan kebodohan. (Bang Red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar