Terwujudnya bangunan RSU MARDI WALUYO terletak di Jl Kalimantan No 113 Kota Blitar konon biayanya mengha-biskan ratusan miliar mengundang berjuta pertanyaan dari berbagai kalangan masyarakat Blitar pada umumnya. Akankah bangunan fisik yang teramat megah itu bisa memfasilitasi para pasien yang terdiri dari bermacam elemen masyarakat dan mendapat pelayanan yang nyaman ?
Namun sangat disayangkan Rumah Sakit yang teramat megah dan mempunyai fasilitas peralatan medis yang nyaris lengkap ini belum bisa memberikan pelayanan medis yang maksimal dan profesional. Dengan minimnya tenaga medis juga Dokter ahli atau spesialis membuat Rumah Sakit yang bertaraf international ini ha-nya bisa menyembuhkan sakit flu dan batuk saja, sedangkan pasien yang men-derita penyakit kronis, seperti jantung koroner, liver, stroke, kanker, dan tumor, itu pun harus dirujuk ke Rumah Sakit di kota besar atau ke luar negeri, ironis memang.
Terkait dengan pelayanan yang diberikan kepada para pasien disinyalir tebang pilih apalagi kalau menangani pasien dari kalangan masyarakat miskin pihak Rumah Sakit Mardi Waluyo menanganinya dengan asal-asalan dan ogah-ogahan, yang pa-ling parah lagi system pelayanannya sering tidak professional dan berpotensi keluar dari kode etik kedokteran juga keperawatan. Selama Pasien menjalani pengobatan rawat inap di rumah RS yang megah tersebut, banyak pasien berharap kesembuhan dari RS mewah ini ,namun harapan para pasien tersebut hanya di angan-angan saja, karena masih sering hak- hak pasien yang dihilangkan, bukannya kesembuhan yang didapat melainkan munculnya penyakit karena endapan obat penghilang rasa sakit yang menumpuk akhirnya menjadi racun yang paling berbahaya dan bisa menimbulkan penyakit baru. Seperti yang dialami salah satu mantan pasien RS itu sebut saja TM ( 40) tinggal di Blitar ,pada saat berobat dan menjalani rawat inap di RS.MARDI WALUYO mengaku kecewa dengan pelayanan yang diberikan, saya ini menderita penyakit jantung koroner, sedangkan yang menangani penyakit saya ini bukan Dokter specialist jantung melainkan ahli penyakit dalam, dengan kondisi penyakit jantung saya yang seperti itu, dokter yang menangani justru memvonis saya dalam dua (2) bulan mendatang akan mengalami stroke, apakah menakuti atau asumsi yang tak mendasar ? Ternyata benar selang dua (2) bulan saya benar-benar stroke mas tuturnya pada MERAH PUTIH post. Karena kecewa pada kinerja Rumah Sakit TM akhirnya memilih pengobatan alternative kurang lebih 2 minggu kemudian stroke TM mengalami kesembuhan yang sangat signifikan bahkan prestasi penyembuhan ini tak pernah bahkan tak akan pernah bisa dilakukan oleh Rumah Sakit yang bertaraf international sekalipun. “Saya heran mas RS MARDI WALUYO yang telah menghabiskan anggaran ratusan miliar dan fasilitas yang bertaraf nasional belum bisa memberikan hasil pelayanan dan pengobatan yang maksimal ,berbeda dengan praktek pengobatan alternative dengan biaya yang sangat minim dan peralatan atau fasilitas seadanya ternyata mampu melakukan penyembuhan terhadap penyakit yang saya derita hingga mencapai 70% tegas TM dengan penuh kekecewaan terhadap RS tersebut.
Sementara itu, kepala BAPEDA Kota Blitar juga mengungkapkan kekecewaannya atas ketidakprofesionalnya pelayanan Rumah Sakit Mardi Waluyo, dan perlu adanya revolusi pelayanan dan manajemen rumah sakit agar bisa memberikan harapan kepada pelayanan masyarakat sebagai fungsi pelayanan masyarakat yang menyerap anggaran APBD yang luar biasa. Hal ini juga pernah terjadi pada keluarga Beliau, di mana kekeliruan hasil diagnosa sakit jantung koroner diberikan kepada pasien yang hanya sakit flu dan sesak nafas. Hal yang seperti ini akan berdampak fatal.
Saman Hudi Anwar selaku ketua DPRD Kota Blitar membenarkan terkait RSUD. MARDI WALUYO bahwa pembangunan dan pembenahan di bidang infrastruktur terutama pada Rumah Sakit diprioritaskan pada bentuk fisik bangunannya dan peralatan medis saja sedangkan manajemen pelayanan dan penanganan secara medis masih perlu pembenahan restrukturnya, menurut Saman Hudi menjamurnya pengobatan alternative yang ada di Blitar memang sangat membantu masyarakat kita yang tidak punya biaya untuk berobat ke Dokter atau rawat inap di Rumah Sakit meskipun sudah hampir semua masyarakat miskin yang sudah mendapat JAMKESMAS dari program Dana Alokasi Khusus (DAK Kesehatan). Tapi sayang pihak RSUD dimanapun berada memperlakukan lain. Untuk mensikapi maraknya pengobatan alternative Pemerintah juga harus menertibkan supaya tidak liar kalau perlu diberikan fasilitas layaknya RSUD.
Masih menurut Saman Hudi ,apa bila pelayanan Mardi Waluyo masih belum bisa maksimal dalam segala hal, maka perlu adanya perubahan manajemen dan merestruktursasi secara global. dari kekurangan tenaga medis specialist, maupun pelayanan secara menyeluruh .sehingga pasien tidak lari ke pengobatan alternative ,Rita staf Humas RSUD Mardi Waluyo mengatakan kalau segera mengupayakan dan membenahi manajemen baik pelayanan medis maupun kurangnya tenaga medis spesialis, ketika dikonfirmasi masalah maraknya pengobatan alternative yang reputasinya hampir mengalahkan teknis pengobatan Rumah Sakit dan buruknya pelayanan RSUD Mardi Waluyo Blitar, Rita terkesan menutup-nutupi dan enggan memberikan komentar. (Dik/Tim)
menakutkan...
BalasHapusya sangat buruk pelayanannya,, mentang-mentang udah pada PNS.. nglayani wrga miskin setengah2.. akhirnya banyak yang mati dah disana. jadi buanyak banget hantunya,, baik yang masih idup ato udah mati...
BalasHapus