Rabu, 08 Juli 2009

BURUKNYA PELAYANAN RSUD MARDI WALUYO


Terwujudnya bangunan RSU MARDI WALUYO terletak di Jl Kalimantan No 113 Kota Blitar konon biayanya mengha-biskan ratusan miliar mengundang berjuta pertanyaan dari berbagai kalangan masyarakat Blitar pada umumnya. Akankah bangu­nan fisik yang teramat meg­ah itu bisa memfasilitasi para pasien yang terdiri dari bermacam elemen masyarakat dan mendapat pelayanan yang nyaman ?

Namun sangat disayangkan Rumah Sakit yang teramat megah dan mempu­nyai fasilitas peralatan me­dis yang nyaris lengkap ini belum bisa memberikan pelayanan medis yang maksi­mal dan profesional. Dengan minimnya tenaga medis juga Dokter ahli atau spesialis membuat Rumah Sakit yang bertaraf international ini ha-nya bisa menyembuhkan sakit flu dan batuk saja, se­dangkan pasien yang men-derita penyakit kronis, sep­erti jantung koroner, liver, stroke, kanker, dan tumor, itu pun harus dirujuk ke Ru­mah Sakit di kota besar atau ke luar negeri, ironis memang.

Terkait dengan pelayanan yang diberikan kepada para pasien disinyalir tebang pilih apalagi kalau menanga­ni pasien dari kalangan masyarakat miskin pihak Ru­mah Sakit Mardi Waluyo me­nanganinya dengan asal-asalan dan ogah-ogahan, yang pa-ling parah lagi system pelayanannya sering tidak pro­fessional dan berpotensi kel­uar dari kode etik kedokteran juga keperawatan. Sela­ma Pasien menjalani pengo­batan rawat inap di rumah RS yang megah tersebut, banyak pasien berharap kesembuhan dari RS mewah ini ,namun harapan para pasien tersebut hanya di angan-an­gan saja, karena masih ser­ing hak- hak pasien yang dihilangkan, bukannya kesembuhan yang didapat melainkan munculnya penyakit karena endapan obat penghi­lang rasa sakit yang menumpuk akhirn­ya menjadi racun yang paling berba­haya dan bisa menimbulkan penyakit baru. Seperti yang dialami salah satu mantan pasien RS itu sebut saja TM ( 40) tinggal di Blitar ,pada saat berobat dan menjalani rawat inap di RS.MARDI WALUYO mengaku kecewa dengan pelayanan yang diberikan, saya ini men­derita penyakit jantung koroner, sedangkan yang menangani penyakit saya ini bukan Dokter specialist jantung melainkan ahli penyakit dalam, dengan kondisi penyakit jantung saya yang sep­erti itu, dokter yang menangani justru memvonis saya dalam dua (2) bulan mendatang akan mengalami stroke, apakah menakuti atau asumsi yang tak mendasar ? Ternyata benar selang dua (2) bulan saya benar-benar stroke mas tuturnya pada MERAH PUTIH post. Karena kecewa pada kinerja Rumah Sakit TM akhirnya memilih pengobatan alternative kurang lebih 2 minggu ke­mudian stroke TM mengalami kesem­buhan yang sangat signifikan bahkan prestasi penyembuhan ini tak pernah bahkan tak akan pernah bisa dilaku­kan oleh Rumah Sakit yang bertaraf in­ternational sekalipun. “Saya heran mas RS MARDI WALUYO yang telah meng­habiskan anggaran ratusan miliar dan fasilitas yang bertaraf nasional belum bisa memberikan hasil pelayanan dan pengobatan yang maksimal ,berbeda dengan praktek pengobatan alternative dengan biaya yang sangat minim dan peralatan atau fasilitas seadanya terny­ata mampu melakukan penyembuhan terhadap penyakit yang saya derita hingga mencapai 70% tegas TM dengan penuh kekecewaan terhadap RS terse­but.

Sementara itu, kepala BAPEDA Kota Blitar juga mengungkapkan kekecewaannya atas ketidakprofesionalnya pelayanan Rumah Sakit Mardi Waluyo, dan perlu adanya revolusi pelayanan dan manajemen rumah sakit agar bisa mem­berikan harapan kepada pelayanan masyarakat sebagai fungsi pelayanan masyarakat yang menyerap anggaran APBD yang luar biasa. Hal ini juga pernah ter­jadi pada keluarga Beliau, di mana kekeliruan hasil diagnosa sakit jantung koroner diberikan kepada pasien yang hanya sakit flu dan sesak nafas. Hal yang seperti ini akan berdampak fatal.

Saman Hudi Anwar selaku ketua DPRD Kota Blitar membenarkan terkait RSUD. MARDI WALUYO bahwa pem­bangunan dan pembenahan di bidang infrastruktur terutama pada Rumah Sakit diprioritaskan pada bentuk fisik bangunannya dan peralatan medis saja sedangkan manajemen pelayanan dan penanganan secara medis masih perlu pembenahan restrukturnya, menurut Saman Hudi menjamurnya pengobatan alternative yang ada di Blitar memang sangat membantu masyarakat kita yang tidak punya biaya untuk berobat ke Dokter atau rawat inap di Rumah Sakit meskipun sudah hampir semua masyarakat miskin yang sudah menda­pat JAMKESMAS dari program Dana Alokasi Khusus (DAK Kesehatan). Tapi sayang pihak RSUD dimanapun be­rada memperlakukan lain. Untuk men­sikapi maraknya pengobatan alterna­tive Pemerintah juga harus menertib­kan supaya tidak liar kalau perlu diberi­kan fasilitas layaknya RSUD.

Masih menurut Saman Hudi ,apa bila pelayanan Mardi Waluyo masih be­lum bisa maksimal dalam segala hal, maka perlu adanya perubahan mana­jemen dan merestruktursasi secara glo­bal. dari kekurangan tenaga medis spe­cialist, maupun pelayanan secara menyeluruh .sehingga pasien tidak lari ke pengobatan alternative ,Rita staf Hu­mas RSUD Mardi Waluyo mengatakan kalau segera mengupayakan dan mem­benahi manajemen baik pelayanan me­dis maupun kurangnya tenaga medis spesialis, ketika dikonfirmasi masalah maraknya pengobatan alternative yang reputasinya hampir mengalahkan te­knis pengobatan Rumah Sakit dan bu­ruknya pelayanan RSUD Mardi Waluyo Blitar, Rita terkesan menutup-nutupi dan enggan memberikan komentar. (Dik/Tim)

2 komentar:

  1. ya sangat buruk pelayanannya,, mentang-mentang udah pada PNS.. nglayani wrga miskin setengah2.. akhirnya banyak yang mati dah disana. jadi buanyak banget hantunya,, baik yang masih idup ato udah mati...

    BalasHapus